Buka Komunikasi Dengan Berbagai Elemen Bangsa!

•January 9, 2009 • 1 Comment

Ketua DPP PKS Bidang Kewanitaan Hj Ledia Hanifa, M.Psi menganjurkan agar seluruh kader PKS, khususnya kader Pos Wanita Keadilan membuka komunikasi dengan berbagai elemen bangsa. “Karena banyak masyarakat sebenarnya yang punya ide-ide dan peluang yang baik, namun tidak ada yang menampung,” katanya usai bertemu sutradara dan produser film Nia Dinata.

PK-Sejahtera Online: Pasca rangkaian kegiatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret lalu, Bidang Kewanitaan DPP PK Sejahtera kembali melakukan kunjungan silaturrahim ke tokoh-tokoh perempuan Indonesia. Salah satunya adalah sutradara muda kenamaan, Nia Dinata beberapa waktu yang lalu. Nia masuk dalam kategori 100 Mutiara Bangsa Bidang Kewanitaan DPP PKS.

Selain sebagai seorang sutradara dan Produser, Nia juga dikenal sebagai pendiri dan pengurus Yayasan Kalyana Shira. Melalui yayasan ini, peraih sutradara terbaik versi International Independent Film Festival di Brussels, ini melakukan pembelaan kepada kaum yang termarginalkan dan merasakan ketidakadilan melalui produk audio visual.

Salah satu karyanya bersama Yayasan Kalyana Shira adalah film dokumenter tentang seorang ibu yang tinggal di kolong jembatan dan mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) oleh suaminya.

“Dalam film ini saya ingin mengatakan kepada masyarakat betapa pentingnya perempuan diberikan pengetahuan dan pendidikan,” paparnya di hadapan Ketua DPP Bidang Kewanitaan Hj Ledia Hanifa dan Anggota FPKS DPR RI Yoyoh Yusroh.

Selain itu masih ada lagi film dokumenter tentang tindak ketidakadilan dan termarjinalkan. Salah satunya tentang Desa Idiot di Garut, sebuah desa yang SDM nya sangat memprihatinkan, padahal jarak tempuhnya hanya 3 jam dari Jakarta. Nia berharap PKS bisa menyampaikan kepada pemerintah agar bisa memberikan bantuan yang tepat.

Nia sebenarnya tertarik membuat film dokumenter tentang kekejian bangsa zionis Israel kepada rakyat Palestina, khususnya perempuan. “Sudah ada tawaran untuk ambil gambar di Yordan, tapi sepertinya masih perlu melakukan persiapan-persiapan,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 4 Maret 1970 ini.

Melihat kegigihan Nia Dinata, Ketua DPP PKS Bidang Kewanitaan Ledia Hanifa menyampaikan penghargaannya. Ledia berharap produser muda itu bisa terus istiqomah membela masyarakat yang terzholimi.

“Saya berharap ini menjadi media pembelajaran dan perubahan perilaku segenab unsur-unsur di masyarakat. Selain itu, ini juga menjadi masukan agar masyarakat dan pemerintah menyadari adanya fenomena ketidakadilan yang harus diselesaikan,” ujar Ledia.

Dari silaturrahim ini Ledia Hanifa juga berpesan agar kader-kader PKS, khususnya Pos Wanita Keadilan membuka pintu komunikasi sengan segenap elemen bangsa. “Karena banyak masyarakat sebenarnya yang punya ide-ide dan peluang yang baik, namun tidak ada yang menampung,” papar Ledia.

Evaluasi Kerja untuk Hasil Optimal

•January 9, 2009 • Leave a Comment

Optimalisasi tersebut, menurut Ledia, antara lain dilihat dari efektifitas lembaga untuk pemenangan Pemilu 2009, adanya peningkatan SDM organisasi, membuka lapangan pekerjaan, mencetak figur-figur masyarakat dan adanya tekanan dari organisasi kepada pejabat pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pro-rakyat.

PK-Sejahtera Online: Ketua DPP PKS Bidang Kewanitaan Ledia Hanifa meminta seluruh lembaga kader wanita PKS agar bekerja secara optimal. Menjelang Pemilu 2009 harus dipastikan lembaga underbouw PKS bisa bekerja optimal dan mendapatkan hasil.

Optimalisasi tersebut, menurut Ledia, antara lain dilihat dari efektifitas lembaga untuk pemenangan Pemilu 2009, adanya peningkatan SDM organisasi, membuka lapangan pekerjaan, mencetak figur-figur masyarakat dan adanya tekanan dari organisasi kepada pejabat pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pro-rakyat.

Ketua DPP PKS mengatakan hal tersebut dalam rangka Diskusi Forum Silaturrahim Lembaga Kader Wanita PKS di Kalibata, Jakarta Selatan dengan tema “Revitalisasi Peran Lembaga Dalam Pemenangan Dakwah 2009”. Forum ini diikuti oleh aktivis wanita PKS se-Banjabar (Banten DKI Jakarta dan Jawa Barat).

“Sejauh mana lembaga itu nantinya bisa bermanfaat seluas-luasnya dan mempunyai efek untuk kemenangan dakwah,” kata Ledia di hadapan puluhan kader wanita PKS.

Soal SDM kelembagaan, lanjut Ledia, harus ada peningkatan kualitas. Baik dalam bidang pengetahuan umum, keterampilan, teknik melobi dan rekruitmen. “Jangan sampai sudah lama berkecimpung di kelembagaan tanpa ada peningkatan kualitas,” katanya.

Soal yang lainnya juga demikian, lembaga yang didirikan kader wanita PKS harus memberikan manfaat untuk masyarakat. Keberadaan lembaga harusnya bisa memecahkan permasalahan dalam masyarakat, salah satunya membuka lapangan pekerjaan.

Ledia berpesan kepada kader wanita PKS, bahwa agenda pemilu 2009 bukan merupakan tahapan final dari dakwah, tapi justru hanya tahapan antara. “Perjuangan dakwah kita masih sangat panjang, sehingga masih banyak pula program-program yang harus kita jalankan, tidak hanya pemilu 2009,” pungkasnya.

Tak Cukup Hanya dengan Cinta

•January 9, 2009 • Leave a Comment

Dalam beberapa tahun terakhir saya seringkali tertegun ketika membaca undangan pernikahan maupun menghadiri undangan pernikahan. Dekorasi ruangan atau undangannya dihiasi dengan foto bersama calon pengantin dalam berbagai pose. Risih memang. Tetapi ada hal lain yang lebih menggelitik ketika membaca rangkaian kalimat yang menyertainya yang menggambarkan tentang cinta yang mereka jadikan landasan dalam membangun rumah tangga.

Terlintas kekhawatiran akan pemahaman yang dangkal bahwa cinta adalah segala-galanya untuk membangun rumah tangga. Wah! Padahal banyak komponen lain yang harus diperhatikan, dirawat dan dikembangkan.

Dari literature, pemgamatan dan pengalaman ternyata kematangan berumah tangga menjadi factor penting dalam memelihara kelanggengan berumah tangga. Hal-hal yang mendukungnya

  1. Persepsi yang sama tentang niat berumah tangga
  2. Pengenalan yang cukup terhadap karakter pasangan
  3. Kesiapan diri untuk berkembang bersama-sama
  4. Keterbukaan dalam menghadapi berbagai perubahan
  5. Kesiapan untuk menanggung dampak perubahan bersama-sama

Hmm… ternyata banyak juga.

Persepsi yang sama

Membangun kesamaan persepsi tidak mudah. Tidak hanya pada saat taaruf (perkenalan secara mendalam) diawal pernikahan, tetapi harus dilakukan sepanjang masa pernikahan. Secara teoritis persepsi dibentuk dari pengalaman, rangsangan indra atau reaksi yang berulang. Meski mungkin ada hal-hal membekas yang sulit untuk dirubah dalam mind setting seseorang, tetapi setidaknya interaksi yang intens dalam keluarga dapat membantu penyamaan persepsi tentang keluarga yang akan dibangun. Sejalan dengan berbagai interaksi masing-masing pasangan dengan dunia luar maka bisa jadi persepsinya mengalami pergeseran atau pengembangan.

Persepsi ini juga sangat penting terkait dengan pemahaman akan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tugas dan tanggung jawab suami dipersepsikan secara berbeda baik oleh istri maupun suaminya. Ataupun sebaliknya. Arah yang diinginkan dalam pendidikan anak juga demikian. Dalam tataran yang lebih luas juga persepsi tentang keseimbangan hidup dalam menjalankan tugas da’wah.

Boleh jadi ada pasangan yang sudah mantap dan sama persepsinya dalam membangun keluarga. Ingin jadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah misalnya. Tapi tentu tidak berhenti sampai di situ saja. Break downnya bagaimana? Implementasinya? Di titik inilah komunikasi yang produktif sangat membantu untuk menjembatani adanya persepsi.

Ada sedikit cerita tentang persepsi ini. Settingnya dalam sebuah keluarga muda. Sang suami yang gagah dan bersemangat kerja tiba-tiba tersentak dengan SMS istrinya yang berisi ”Abang jorok!”

Tak habis pikir kenapa sang istri tercinta berpikir seperti itu. Setelah menenangkan hati di balaslah SMS itu ,”Ada apa sayang? Abang sudah mandi, gosok gigi, sudah rapi. Kan tadi adik lihat Abang berangkat?”

Tuit…. tanda SMS berbalas

”Bukan itu. Abang menggantung pakaian banyak betul di kamar”

Rrt. Dibalas lagi

”Itu sih biasa dik. Pakaian Abang semua. Baru dipakai sekali”

Tuit…

”Tapi kan kamar jadi bau. Banyak nyamuk. Jorok ihh!”

Rrrt.

”Baju manalagi sih Dik?”

Tuit.

”Batik, Training, Baju Kerja, Baju Koko. Aku kan capek nyucinya sebanyak itu.”

Rrrt.

”Oh… kalau Batik baru dipakai hari Ahad lalu. Nanti hari Kamis malam kan ada undangan. Mau dipakai lagi”

Tuit.

”Training?”

Rrrt.

”Wah. Baru Jum’at kemarin dipake. Sayang kan. Besok mau kerja bakti sama pak RT pulang kantor”

Tuit…

”Baju kerja?”

Rrrt.

”Itu sih selang-seling dua hari sekali”

Tuit..

”Baju Koko?”

Rrrt

”Bekas dipake shalat Jum’at. Lusa ada pengajian RW mau Abang pake lagi. Masih wangi kok”

Tuit..

”Ya udah. Maaf ya.. tadi aku nuduh Abang jorok”

Rrrt

”Makanya jangan sembarang nuduh. Aku hemat-hemat baju biar kamu nggak banyak nyuci”

Oo. Sepanjang itu prosesnya dan menghabiskan pulsa serta waktu. Itu baru hal sepele. Gimana yang lebih serius. Perlu usaha yang sungguh-sungguh.

Kata kuncinya: Ngobrol doong!

Pengenalan yang cukup tentang karakter pasangan

Pengenalan terhadap karakter pasangan pasti akan bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Dibantu juga dengan berbagai persoalan yang dihadapi keluarga. Kalau kedua pihak berkeras dengan karakternya yang (konon kabarnya) tidak bisa (atau tidak mau) dirubah maka yang terjadi adalah huru-hara. Secara umum mungkin kita bisa memahami karakter pasangan kita. Tapi belum tentu kita dapat menebak semua reaksinya terhadap persoalan atau peristiwa yang dihadapi. Perbedaan itu bisa jadi karena tekanan, stimulus atau hal lain. Tetapi keterkejutan kita terhadap reaksi yang menurut kita seharusnya dapat diduga bukan berarti akhir dari segala-galanya. Bukan berarti kita sama sekali tidak mengenal dirinya. Ini adalah proses untuk lebih mengenal dirinya.

Banyak perselisihan yang disebabkan karena tuntutan sesorang yang menginginkan pasangannya mengikuti ”seperti yang ia mau”. Ingat deh…. pasangan kita manusia yang punya kehendak dan planning buat hidupnya, seperti kita juga. Yang bisa kita lakukan adalah menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing serta siap saling memperbaiki diri. Nah, kata saling menjadi catatan penting. Karena proses di dalam berumah tangga adalah proses yang timbal balik. Tidak dapat satu arah saja.

Dan untuk diketahui bersama, karakter itu tidak akan permanen dalam diri seseorang dengan skala yang sama. Kita bisa saja mengenal seseorang yang ”sangat pemarah”. Ternyata dalam beberapa tahun kemudian kadar ”kepemarahannya” sudah jauh berkurang dengan berbagai peristiwa hidup yang dialaminya. Contohnya Umar bin Khattab. Di masa jahiliyah orang mengenalnya sebagai sosok yang keras, temperamental, sangat tegas. Tetapi setelah masuk Islam ia tetap dikenal sebagai orang yang tegas tetapi sangat lembut kepada saudaranya.

Kata kuncinya: saling membuka diri, siap menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dan siap untuk saling memperbaiki diri

Kesiapan untuk berkembang bersama-sama

Hmm….. manusia berkembang, situasi berkembang, begitu pula dengan keluarga kita. Secara fisik berkembang jumlahnya dengan bertambahnya anak-anak. Biasanya juga bobot tubuhnya bertambah he..he…he… Tetapi, apakah kemampuan berpikirnya juga bertambah? Bagaimana dengan wawasan? Ketrampilan? Dan masih banyak lagi.

Dalam mengantisipasi segala kemungkinan di masa mendatang, setiap keluarga perlu untuk senantiasa berkembang. Dan perkembangan individu dalam sebuah keluarga harus diikuti oleh individu lainnya. Mengapa? Bayangkan saja ketika seorang anak dengan pengetahuannya yang luas tentang komputer mengajak ibunya berdiskusi sedangkan sang ibu menyalakan komputer saja tidak bisa. Atau seorang istri yang mengajak suaminya berdiskusi tentang pengembangan ekonomi rumah tangga tetapi suami merasa itu bukan minatnya. Wah! Suasana di rumah bisa terasa kurang nyaman.

Keinginan untuk sama-sama berkembang dapat mendorong peningkatan wawasan anggota keluarga. Tak selalu hanya minatnya saja yang diperhatikan. Tetapi juga minat anggota keluarga lain. Proses seperti ini yang dilakukan terus menerus di keluarga dapat menjadi kebiasaan yang baik untuk melakukan eksplorasi terhadap pengembangan diri dan keluarga.

Kebersamaan dalam pengembangan minta dan potensi juga perlu diiringi dengan kepekaan terhadap hal-hal yang bisa mengganggu stabilitas keluarga. Seperti pengaruh negatif dari interaksi sosial, pergeseran pemahaman dan lainnya. Tetapi selama komunikasi di dalam keluarga berjalan baik dan setiap anggota berpegang teguh pada nilai-nilai dan aturan Islam rasanya hal itu akan dapat teratasi.

Kata Kunci: siap berkembang dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam

Keterbukaan dalam menghadapi perubahan

Tidak selamanya perubahan itu mendatangkan keburukan. Perubahan adalah sebuah proses. Ada yang berjalan dengan cepat, ada yang lambat. Rasa takut terhadap perubahan seringkali membuat orang terbelenggu. Tidak memiliki keberanian untuk melakukan pengembangan diri yang bisa jadi membawa perubahan dalam hidupnya. Tentu perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan menuju pada kondisi yang lebih baik.

Perubahan dapat terjadi dalam tataran masyarakat, lingkungan, bahkan negara. Jangan lupa bahwa individu dan keluarga bisa mengalami perubahan. Contohnya orientasi kehidupan keluarga yang semula materialistik menjadi religius, atau perubahan tempat kerja orang tua, atau orang tua yang menjadi pejabat publik. Semua akan membawa perubahan dalam keluarga dengan berbagai implikasinya.

Perubahan ini bisa jadi diawali oleh salah seorang anggota keluarga. Bisa anak, bisa orang tua. Dialog dan pemahaman tentang perubahan yang terjadi bisa menjadi sarana untuk memahami perubahan yang ada, antisipasi terhadap efek negatifnya, dan memperoleh solusi terhadap permasalahan yang muncul.

Keluarga yang memiliki iklim dialog yang intens dan keterbukaan antar anggota keluarga akan dapat mendeteksi perubahan pada tingkat individu lebih dini. Dan tentunya proses saling mengingatkan agar perubahan yang terjadi tidak menyimpang dari ketentuan Allah menjadi sangat penting. Proses inilah yang menjadi fungsi kontrol agar arah keluarga tetap pada jalur yang benar.

Kesiapan untuk menanggung dampak dari perubahan bersama-sama

Setiap perubahan akan membawa dampak. Positif maupun negatif. Keduanya tetaplah harus diperhitungkan atau dipertimbangkan sejak awal. Setiap elemen dalam keluarga perlu menyadari bahwa mereka akan menghadapinya. Dampak yang tidak diantisipasi sebelumnya dapat menyebabkan berbagai kekagetan. Jika kekagetan-kekagetan ini disikapi dengan saling menyalahkan maka kondisinya akan menjadi berat.

Tetapi tidak semua dampak ini dapat diprediksi sebelumnya. Oleh karenanya kita perlu mempersiapkan diri terhadap berbagai dampak yang mungkin terjadi. Paling tidak secara mental kita sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan ini. Dengan kesiapan yang dibangun bersama diharapkan dapat terbangun sebuah iklim kondusif yang memelihara kebersamaan dalam proses pengembangan keluarga.

Dinamika Berkeluarga

Kesadaran bersama bahwa keluarga juga bersifat dinamis dalam menghadapi pengembangan dan perkembangan dunia adalah hal yang penting. Penting juga bagi kita untuk menyadari bahwa perkembangan dan pengembangan dalam keluarga ini targetnya adalah untuk menggapai ridho Allah bersama-sama.

Semoga Allah memandang upaya-upaya untuk membingkai perkembangan dan pengembangan keluarga kita sebagai tambahan catatan kebaikan yang akan memperberat timbangan di yaumil akhir.

Amin.

Wallahu’alam bisawab

Peranan Wanita, antara keluarga dan karier politik

•January 3, 2009 • Leave a Comment

Pendahuluan

Politik adalah kata yang masih menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dalam benak kita telah tertanam stigma bahwa politik itu kotor, keras, hanya pantas untuk laki-laki. Ketika para wanita beramai-ramai membicarakan masalah politik, masih banyak anggapan bahwa apa yang dibicarakan akan sia-sia. Sesungguhnya jika kita mau menelusuri arah tujuan politik adalah untuk memperjuangkan, mengelola dan mengatur tatanan hidup masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, maka kita akan mengetahui bahwa politik adalah hal yang harus dipahami semua manusia.

Mari kita sama-sama lihat di dalam terminologi Islam. Politik dalam Islam hanyalah bagian dari Islam itu sendiri. Sebagaimana tujuan kehidupan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt (QS Adz Dzariyat: 56)

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu

Serta untuk mengesakan Sang Pencipta, mengakui segala otoritasNya.

Orientasi ketauhidan dalam berpolitik akan mengarahkan agenda-agenda yang tetapkan menjadi agenda-agenda perubahan untuk perbaikan kesejahteraan bangsa dengan basis keadilan.

Agenda Perubahan

Dalam situasi dunia yang sangat dipengaruhi hegemoni Barat, bisa dikatakan banyak agenda perubahan yang tercecer. Esensi tauhid yang seharusnya terimplementasi dalam setiap gerakan pemberdayaan terasa hampa. Pembangunan manusia seutuhnya sebagai target dari gerakan pemberdayaan harus mencakup beberapa aspek: pemberdayaan yang bersifat ruhani, jasmani, pemikiran, perilaku dan politik.

Aspek pemberdayaan yang telah disebutkan terkait satu sama lainnya. Dengan demikian tidak akan ada penghambaan kepada makhluq oleh manusia. Namun bukan berarti bahwa manusia hidup tanpa memerlukan aturan. Justru aturan itu dibuat dalam upaya memperkokoh implementasi hukum Allah di muka bumi dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi manusia untuk beribadah kepadaNya. Dan politik adalah sarana untuk membentuk aturan tersebut.

Dapat dikatakan bahwa politik memiliki dimensi:

Internal, artinya adalah mengorganisir urusan pemerintahan, menjelaskan tugas-tugasnya, membuat rincian terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-haknya, mengawasi para penyelenggara pemerintahan dan mensupervisi mereka agar mereka ditaati jika berbuat baik dan dikritisi dalam implementasinya.

Eksternal, artinya adalah menjaga kemerdekaan umat dan kebebasannya, membawa umat agar menempati posisinya di tengah bangsa-bangsa lain, membebaskannya dari diktatorisme dan intervensi asing terhadap urusan-urusannya.

Muslimah dan Politik sepanjang sejarah

Politik Islam adalah upaya untuk memperbaiki kondisi masyarakat menjadi sejahtera dan melahirkan kebijakan berbasis ketauhidan dan keadilan. Sepanjang sejarahnya kita dapat melihat keterlibatan para shahabiyah, tabiiyah dan muslimah pada masa sekarang. yang mengukir partisipasi politik mereka. Beberapa diantaranya:

  • Nusaibah binti Kaab termasuk salah satu pemimpin di kalangan kaumnya di Yatsrib. Beliau adalah salah satu dari 2 wanita yang turut serta dalam baiah aqabah.
  • Di masa Umar bin Khattab, yang ditunjuk menjadi pengelola perdagangan dalam sebuah wilayah adalah wanita
  • Ummul Baniin binti Abdul Azis istri Khalifah Al Walid yang menjadi penasehat bagi suaminya termasuk dalam menangani panglima militer yang keras ( AL Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqofi)
  • Dewi Sartika memelopori Kongres Perempuan Indonesia untuk membangun sebuah gerakan penyadaran bagi para wanita di Indonesia agar memberikan sumbangsih bagi pembangunan negri

Menyeimbangkan peranan wanita dalam keluarga, masyarakat dan dunia politik

Sebagai muslim kita memiliki kewajiban untuk melakukan perbaikan. Tuntutan ini langsung ditujukan oleh Allah kepada manusia yang hanya menunggu perubahan itu akan datang dengan sendirinya. Kata ”biqauwmin” dalam QS Ar Ra’du ayat 11 menunjukkan makna bahwa partisipasi untuk melakukan perubahan harus dilakukan oleh seluruh elemen. Termasuk di dalamnya elemen usia, jenis kelamin, profesi, strata sosial. Bukan hanya perwakilan dari segolongan masyarakat.

Perubahan yang diinginkan harus mencakup dua aspek: kebijakan publik (public policy) dan pembangunan masyarakat (community development ). Kebijakan Publik dilakukan oleh pihak-pihak yang berada dalam lingkup legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan pembangunan masyarakat dapat dilakukan oleh siapapun. Kedua aspek ini sangat memerlukan partisipasi dari kalangan wanita.

Hambatan terbesar dalam memperbesar partisipasi politik wanita dalam kedua aspek perubahan ini, selain adanya stigma bahwa politik itu kotor dan kasar, adalah minimnya pendidikan secara umum di kalangan bangsa Indonesia. Minimnya pendidikan, meliputi aspek kognisi, afeksi dan psikomotornya, membuat berbagai keterbatasan gerak wanita. Selain itu menyulitkan wanita untuk mengambil peranan dalam gerakan perubahan ini.

Sesungguhnya multi peran yang diemban kaum wanita menyebabkan kita seringkali terjebak pada stigma bahwa sangat sulit untuk menyeimbangkan kesemua peran tersebut. Pada dasarnya keseimbangan dapat terwujud jika kita dapat mengelola keseluruh peran dengan baik dan memahami prioritas peran pada masa dan kondisi tertentu.

Multi peran ini juga dapat dioptimalkan dengan cara melakukan kerja sama dengan orang-orang terdekat di sekeliling kita maupun dengan institusi di mana kita bekerja. Sistem pendukung seperti ini harus dikembangkan agar agenda perubahan dapat berjalan secara simultan.

Sistem pendukung secara tradisional sudah dijalankan oleh masyarakat. Seperti misalnya seorang guru wanita menitipkan anak balitanya kepada orang tuanya atau tetangga selama ia bekerja. Sistem yang juga harus dibangun adalah budaya politik yang ramah wanita. Seperti misalnya tidak menyelenggarakan kegiatan pada larut malam, menyediakan tempat pengasuhan anak secara khusus di lembaga-lembaga sosial dan politik. Sistem pendukung ini seharusnya dapat di dorong sosialisasinya oleh para wanita

Karier Politik: antara kewajiban dan pilihan hidup

Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa karier adalah sesuatu yang ingin dicapai, memiliki aspek peningkatan dan atau menjadi tujuan. Jika kita kembali pada terminologi politik dalam Islam maka sudah jelas bahwa amal siyasi (kerja politik) adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Sedangkan pengembangan karier dalam bidang politik adalah pilihan hidup. Dengan catatan poltik tidak menjadi tujuan hidup. Hanya menjadi sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, sebagai hamba Allah Swt.

Partisipasi Politik wanita hruslah memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Partisipasi bukan karena jumlah

2. Partisipasi yang bertanggung jawab

3. Mendinamisasi masyarakat untuk terus berpartisipasi

4. Terlibat dalam pendidikan politik

Kompetensi yang harus dimiliki oleh wanita yang memilih untuk terjun di dunia politik:

  1. kompetensi umum
    1. Memiliki kekuatan ruhiyah dan kesiapan untuk meningkatkan ruhiyah secara kontinyu
    2. Memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial
    3. Memiliki kemampuan untuk belajar cepat
    4. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan publik
  2. Kompetensi khusus
    1. Memiliki ketrampilan reading speed
    2. Kemampuan lobby
    3. Memiliki kemampuan gender budgeting

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan:

Ø Memiliki sistem pendukung yang memadai

Ø Kondisi kesehatan yang tidak akan menyulitkannya dalam bekerja

Kesimpulan

Melibatkan wanita dalam kerja-kerja politik perlu mempertimbangkan beberapa hal yang tidak selalu dapat diberlakukan secara umum. Tetap perlu memperhatikan kondisi personal.

Pemahaman tentang pentingnya partisipasi politik secara merata perlu terus disosialisasikan agar kontribusi yang diberikan wanita dalam perbaikan bangsa akan semakin optimal.

Referensi

Al Wa’iy, Taufiq Yusuf Prof. DR. Pemikiran Politik Kontemporer Al Ikhwan Al Muslimun: Studi Analitis, Observatif, Dokumentatif. Terjemahan bahasa Indonesia. Solo: 2003. Era Intermedia

Ridho, Abu. Dimensi Politik Keluarga, dalam Membangun Keluarga Sakinah dan Sejahtera. Jakarta: 2004. DPP Partai Keadilan Sejahtera

Ridho, Abu. Saat Dakwah Memasuki Wilayah Politik. Bandung: 2003. Syaamil.

Syuqqah, Abdul Halim Abu. Kebebasan Wanita. Jilid 2. Jakarta:1997. Gema Insani Press.

Siapkah menyongsong jodoh anda?

•January 3, 2009 • Leave a Comment

Jodoh tidak jelas datangnya kapan. Yang pasti sudah Allah tetapkan. Kita tidak bisa hanya menunggu tanpa melakukan persiapan apapun. Beberapa persiapan yang harus dilakukan:

a. Persiapan ruhiyah

  • Mulailah dengan bersangka baik pada Allah (husnudzhan) bahwa Allah Swt telah menciptakan pasangan bagi kita. Ia tidak akan melupakan dan menyia-nyiakan kita. Sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an

Maha suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (QS Yaasin, 36:36)

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah (QS Adz Dzariyat:49)

  • Perbanyak ibadah kepada Allah Swt. Dekatkan diri kepadaNya agar mata hati anda dapat melihat segala persoalan secara jernih. Karena Sang Penentu adalah Allah Swt, maka wajarlah jika kita semakin mendekatkan diri padaNya. Agar jika saatnya tiba kita dalam keadaan lapang hati menerimanya.
  • Mintalah kepada Allah mulai sekarang dengan kriteria yang anda inginkan. Jangan pernah ”memaksa” Allah untuk menjadikan si fulan/ah berjodoh dengan anda. Yang paling penting anda telah memohon kepada Dzat yang Maha Mengatur. Terserah Allah kapan jodoh itu akan diberikan. Siapapun dia. Jangan menyesal bila ternyata datangnya lebih cepat dari dugaan anda atau bahkan lebih lambat. Allah tahu mana saat yang paling tepat untuk kita.

b. Persiapan Mental/Psikologis

· Jadikan diri anda semakin baik dari waktu ke waktu.

Surat An Nuur ayat 26 menjelaskan bahwa jika anda menginginkan pasangan yang baik, maka tingkatkanlah kualitas diri anda. Kita tidak dapat menuntut orang untuk menjadi baik sementara kita tidak mau berubah menjadi lebih baik. Proses perubahan ini akan sangat berguna sampai anda menikah kelak. Karena adanya pasang surut dalam keimanan, bisa jadi lemahnya iman akan mempengaruhi satu sama lain. Karena itu harus ada yang terlatih untuk selalu memperbaiki diri dan memberikan pengaruh positif pada pasangannya

  • Pahami bahwa pasangan anda bukan malaikat yang ”sempurna”. Ia adalah manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Siapkan diri agar dapat memenuhi sabda Rasulullah Saw yang mendorong kita untuk melihat bahwa terdapat ribuan kebaikan yang dimiliki pasangan hidup kita dibandingkan satu kekurangannya. Bangun sebuah keyakinan dalam diri bahwa kita ini pasangan yang compatibel. Saling melengkapi satu sama lain.
  • Sadarilah bahwa pasangan hidup anda bukan tempat bergantung ”segala-galanya”. Setiap individu harus memiliki kemandirian dan dasar ketrampilan hidup. Yang harus dibangun adalah kesiapan untuk saling bekerja sama, bahu membahu dalam kebajikan.
  • Berlatih untuk musyawarah dalam berbagai urusan. Karena rumah tangga dikelola oleh suami isteri, maka pengelolaannya sebaiknya bersama-sama. Sejak sekarang latihlah diri untuk mampu bermusyawarah dengan baik.
  • Berlatih mengambil keputusan berdasarkan analisa yang memadai, waktu yang singkat dan tidak emosional. Kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi pengambilan keputusan sedapat mungkin diasah terus menerus. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya keadaan-keadaan yang memerlukan keputusan cepat dalam kehidupan berumah tangga.
  • Membiasakan diri untuk empati,
  • Membiasakan diri untuk menghargai orang lain secara verbal dan non verbal
  • Membiasakan diri untuk mengekspresikan perasaan secara asertif

c. Persiapan Ilmu

  • Pelajari hak dan kewajiban suami istri
  • Pelajari hak dan kewajiban orang tua
  • Pelajari hak dan kewajiban tetangga dan kerabat
  • Pelajari Fiqh Ibadah dan Fiqh Muwazanah
  • Pelajari berbagai hal terkait dengan kehidupan berumah tangga

d. Persiapan Fisik

Fisik yang sehat dan kuat dapat membuat kita beribadah lebih baik, berbuat kebajikan lebih banyak dan meningkatkan kualitas amal shaleh. Beban-beban fisik yang akan dihadapi dalam kehidupan berumah tangga perlu diantisipasi dengan penyiapan fisik yang teratur.

e. Persiapan Finansial

Persiapan finansial yang dimaksud bukanlah tabungan untuk resepsi. Tetapi pemahaman yang utuh tentang menafkahi keluarga. Beberapa hal yang menjadi catatan adalah:

  • Pemahaman bahwa yang berkewajiban memenuhi nafkah adalah suami. Dengan standar yang diupayakan tidak terlalu jauh atau lebih baik dengan apa yang diberikan oleh ayahnya. Jika seorang istri membantu dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga sifatnya sedekah, bukan kewajiban.
  • Etos kerja harus dilatih sejak awal agar ketika saatnya tiba telah memiliki etos kerja yang baik. Sesulit apapun keadaannya etos tetap harus dipelihara.
  • Mulai berlatih untuk mandiri secara finansial tanpa mengganggu prestasi sekolah/kuliah.
  • Mulai berlatih menabung dan manajemen keuangan rumah tangga.

f. Persiapan Keterampilan

Ada keterampilan yang sifatnya umum, basic skill yang harus dimiliki laki-laki dan perempuan, seperti memasak sederhana, menjahit sederhana, membetulkan kerusakan kecil di rumah, mencuci dan menyetrika. Ada pula keterampilan yang dapat ditambahkan seiring dengan berjalannya waktu.

Nah, anda sudah siap menyongsong kehadiran jodoh anda????

Suatu siang di Pusdai

•January 3, 2009 • Leave a Comment

Siang itu Bandung disapu terik mentari yang sangat menyengat. Pusdai penuh dengan manusia berbusana rapi dan wangi siap menghadiri pesta pernikahan. Saya memang bukan orang yang diundang, hanya mengantar famili dan menunggu di tempat parkir.

Banyaknya kendaraan membuat kami harus menunggu tepat dibelakang gedung. Di sanalah petugas catering merapikan peralatan yang telah digunakan. Membuang makanan yang tersisa di piring, menyusun dan mengepaknya untuk di bawa ke tempat asal.

Seorang ibu separuh baya mengorek-ngorek sampah yang baru dibuang oleh petugas. Dipanggilnya 3 orang anak gadisnya ketika ia menemukan sisa makanan yang dianggapnya masih bisa dimakan. Mengenaskan memang. Mereka menikmati makanan itu. Mungkin mereka belum pernah memakannya sebelumnya meski hanya sisa-sisa. Sang ibu masih terus mengorek tempat sampah dan mengumpulkan makanan sisa dalam kantung plastic yang di bawanya. Tercengang saya memperhatikannya. Tak terasa air mata menetes. Sakit… menusuk hati melihat mereka berlalu dengan senyum bahagia.

Persoalan kesejahteraan masyarakat memang masih belum bisa kita atasi. Tanpa niat baik para pembuat kebijakan kejadian ini akan terus berulang. Sudah cukup masanya pejabat mengambil keuntungan pribadi sehingga tak punya lagi kepekaan terhadap persoalan masyarakat.

Senyum mereka menyisakan seberkas asa. Sesulit Apapun hidup kita, yakinlah HARAPAN ITU MASIH ADA.

Bandung, 30 November 2008